Be D'Teacher of D'World
Belajar di Masa Muda bagaikan Mengukir Kata pada Batu yang Keras....
***
Belajar di Masa Tua bagaikan Menulis di atas Air...

Jumat, 09 Maret 2012

Cerpen Ala X-Tra Ordinary “Kambing atau Anjing ???”

Assalamua’laikum…..

Jama’ah yang berbahagia……. Alkhamdulillah Allah SWT masih memberikan sedikit kenikmatan-Nya yang berupa Kesehatan dan Kelonggaran waktu yang amat sangat tidak ternilai harganya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan membagikan sedikit Cerita Pendek yang saya dapatkan dari Ustadz Muji Satria. Cerita ini memang lah tidak terlalu masuk di akal, akan tetapi maksud dan makna yang dahsyat nya lah yang membuat saya tergugah untuk membagikan cerita ini kepada anda-anda, para ‘PENGUNJUNG’ yang X-Tra Ordinary.

Sebelumnya saya minta maaf apabila ada kata-kata dalam cerita ini yang kurang berkenan di hati anda.

Tanpa basa-basi lagi, Mari kita simak ceritanya di bawah ini :

1

KAMBING atau ANJING ????

Di suatu desa terpelosok, tepatnya di wilayah Indonesia bagian timur, tinggalah sepasang suami-isteri tanpa seorang momongan pun, sebut saja Ateng dan Siti. Yang menemani mereka sehari-hari hanyalah sebuah gubuk tua dan seekor kambing betina nya. Mereka mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan bergantung pada alam sekitar.

Singkat cerita…… (namanya juga Cerita Pendek…… hahaha… Nyah-Nyah  )

Suatu hari sang Kambing betina pun hamil. Dengan penuh kasih sayang Siti merawat kambing betina nya. Hingga pada saat yang mereka nantikan, sang Kambing betina melahirkan. Ateng dan Siti tahu, melihat dan menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri proses melahirkan sang kambing betina itu. Demikian juga dengan sang kambing betina saat menyusui anaknya, layaknya seekor kambing sejati, mereka mengetahui hal itu. Bahkan  setiap hari mereka juga memberi makan dan merawat kambing nya itu.

Hingga pada suatu hari Siti, sang Isteri, memutuskan untuk menjual anak kambing nya ( maksud saya : anak dari kambing betina milik nya…… Embarrassed smile) karena dirasa sudah cukup besar dan dikira akan menghasilkan uang banyak jika dijual. Sasarannya pun sang Suami, Ateng. Siti menyuruh Ateng membawa anak kambingnya ke pasar untuk dijual. Tanpa basa-basi pun si Ateng memenuhi permintaan sang Isteri tercinta, dia berangkat membawa anak kambing nya menuju ke pasar yang jarak nya lumayan jauh dari gubuk tua nya itu.

Ketika dalam perjalanan menuju pasar, Ateng bertemu dengan seorang laki-laki gagah berpakaian rapi lengkap dengan dasi tergantung di lehernya. Secara spontan orang itu bertanya kepada Ateng, “Mau kemana ???”. Dengan kepolosannya Ateng menjawab, “Mau ke pasar, Pak!! Mau menjual Kambing ini……!!!”. “Kambing ??? Mana ??? Itu bukan Kambing, tapi Anjing !!! Kalo dijual di pasar ya gak laku, Pak !!!”, sahut orang itu. Dalam hati Ateng berkata, “Ini orang gak pernah punya Kambing ya !!??? Masa’ Kambing dibilang Anjing !!???”. Ateng tidak menghiraukan lagi orang itu, lalu dia melanjutkan perjalanannya menuju pasar.

Belum sampai di pasar, Ateng bertemu lagi dengan seseorang. Kali ini dia bertemu dengan seorang wanita setengah baya nan cantik jelita, elok serta rupawan. Ateng menyapanya, “Mau kemana, Mbak ??”. “Ke rumah saudara di desa sebelah!!”, jawab wanita itu singkat. “Bapak sendiri mau kemana ??”, wanita itu balik bertanya. Sesuai pertanyaan yang diajukan wanita itu, Ateng menjawab, “Mau ke pasar, Mbak!!! Mau menjual ini Kambing (sambil menunjuk ke arah kambingnya) !!!”. “Kambing ??? Mana, Pak ??? Itu kan Anjing….. bukan kambing, Pak !!!”, timpal wanita itu. Ateng menyangkal pernyataan wanita itu, “Mbak ini gimana sih??? Ini itu kambing, Mbak…… bukan Anjing !!!”. Saat itu sempat terjadi debat ringan antara Ateng dan wanita itu. Mereka sama-sama mempertahankan pendapat mereka masing-masing. Hingga pada akhirnya terlintas di pikiran Ateng, “Apa wanita cantik ini benar ya ?? Apa ini memang bukan Kambing ?? Apa ini memang benar-benar Anjing ?? Tadi saya juga menemui seorang laki-laki, dan dia juga bilang kalau ini Anjing…… bukan Kambing !!! Sudah dua orang yang mengatakan kalau ini bukan Kambing, bahkan ini adalah Anjing. Sepertinya ini memang benar-benar Anjing dan kalau aku jual di pasar tentunya tidak laku. Ya…. mumpung aku belum sampai di pasar, mendingan aku kembali aja ke rumah. Dan anjing ini……. Isteri ku tidak suka sama Anjing… Lebih baik aku lepaskan aja Anjing ini !!”. Ateng mulai terpengaruh dengan pernyataan dua orang tadi yang menyatakan kalau hwewan yang dbawa oleh Ateng itu bukan Kambing tapi Anjing. Seketika itu Ateng melepaskan seekor yang dianggapnya Anjing itu. Lalu dia mengucapkan terima kasih kepada wanita itu dan segera kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, sang Isteri dengan wajah berbunga-bunga bertanya pada suaminya, Ateng, “Bagaimana, Mas ??? Laku berapa Kambing nya?? Mahal kan ??”. Dengan kepolosannya, Ateng yang pulang dengan tangan hampa itu menjawab, “Kamu itu salah……. kamu tadi nyuruh aku menjual Anjing… bukan Kambing !!! Di pasar tentunya nggak ada yang mau beli Anjing. Jadi daripada aku jauh-jauh ke pasar tapi nggak ada hasil mendingan aku kembali ajah ke rumah.” Dengan wajah merah membara sang Isteri menambah pertanyaan nya, “Terus Kambing nya mana ???”. Lagi-lagi dengan kepolosannya, Ateng menjawab, “Udah dikasih tau bukan Kambing kok,….. tapi Anjing!! Ya udah aku buang lah tadi di tengah jalan, aku kan tau kalo kamu gak suka sama Anjing!!! (Dengan wajah manja mengharap pujian dari Istri nya… Smile with tongue out ). “Dasar bodoh…!!! Udah jelas-jelas itu Kambing, bukan Anjing…….!!!”, sang Isteri marah besar kepada Ateng. Siti, sang Isteri, menyaut sapu hendak memukuli suami nya. Tanpa tinggal diam, Ateng pun berlari menghindari serangan Isteri nya. Mereka pun berkejar-kejaran bak film-film India…….. Nyah-NyahRolling on the floor laughingLaughing out loud

*** TAMAT ***

Dari cerita pendek di atas kita dapat menyimpulkan bahwa, Si Ateng yang awal mulanya sudah benar (dengan dibuktikan oleh kalimat berwarna biru) tapi pada akhirnya dia terpengaruh (dengan dibuktikan oleh kalimat berwarna merah), dan dia terpengaruh karena suara mayoritas. Selain itu dia juga tidak percaya diri kalau sebenarnya dia itu benar, bahkan dia yang lebih tahu cerita dari awal (dibuktikan dengan kalimat berwarna hijau).

Jadi, kalau saya boleh menyarankan :

Jangan Mentah-Mentah Percaya dengan Suara Mayoritas

Percaya Diri ketika Kita Tahu Kita Benar

Mudah-mudahan Cerita Pendek ini bisa menghibur Anda semua…..

Sekian Cerita Pendek dari saya,….

Mudah-mudahan bisa memberi manfaat dan barokah untuk kita semua….

Amiinn……

Wassalamu’alaikum…..

My Signature

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar